Customer Service yang Lebih Cepat
Hasil penelitian mengatakan bahwa 79% pelanggan memilih live chat untuk komplain atau menanyakan suatu hal karena mendapatkan respon yang lebih cepat. Oleh karena itu, perusahaan dapat menggunakan chatbot untuk meningkatkan pelayanan terkait komplain atau pertanyaan dari pelanggan. Beberapa kelebihan dari chatbot adalah waktu tunggu respon tidak terlalu lama, tersedia setiap saat (tidak ada jam operasional), dan dapat mengarahkan query yang kompleks ke sumber daya manusia apabila pertanyaan atau keluhan tidak dapat ditangani oleh chatbot.
Customer Lifetime Value (CLV)
CLV adalah nilai total yang diproyeksikan akan dihasilkan oleh pelanggan selama masa hubungan kerjasama mereka dengan perusahaan. CLV membantu bisnis menentukan berapa banyak yang harus diinvestasikan untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan.
Cost Per Click (CPC)
CPC adalah biaya yang dibayar pengiklan setiap kali seseorang mengklik iklan mereka. Ini model pembayaran yang umum digunakan dalam iklan digital, terutama dalam kampanye Google Ads.
Impression mengacu pada berapa kali sebuah konten atau iklan ditampilkan di layar pengguna. Meskipun impression menunjukkan jumlah tayangan, hal ini tidak selalu berarti pengguna benar-benar berinteraksi dengan iklan atau konten tersebut.
Call to Action (CTA)
CTA adalah frasa atau kalimat yang membuat user melakukan tindakan tertentu, seperti “BUY NOW,” “Daftar Sekarang,” atau “Unduh Gratis Disini.” CTA dapat meningkatkan konversi dan keterlibatan pengguna bila digunakan secara bagus.
Search Engine Optimization (SEO)
SEO adalah praktik optimisasi sebuah website agar muncul di hasil pencarian seperti Google untuk meningkatkan visibilitas. Teknik ini mencakup optimisasi konten, penggunaan kata kunci yang tepat, kecepatan situs, dan struktur website.
Pemilihan Konten Lebih Tepat
Tim konten biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi konten unggul dan impactful. Dengan adanya machine learning, waktu yang dibutuhkan oleh tim konten untuk mengidentifikasi konten yang impactful akan lebih singkat. Salah satu tools untuk mengumpulkan artikel dan tulisan online adalah Curata dan Vestorly. Tools ini memanfaatkan algoritma machine learning untuk mengumpulkan informasi dari blog, sosial media, dan lain sebagainya serta menganalisis konten mana yang tepat sasaran. Vestory diklaim dapat meningkatkan efektivitas konten sebesar 60%. Dengan bantuan artificial intelligence, diharapkan tools ini dapat membantu tim konten dan tim marketer untuk mengefektifkan konten mana yang mendapatkan engagement yang baik.
Berbagai konsep dan istilah dalam digital marketing mungkin terdengar asing, terutama bagi mereka yang baru mulai terjun ke dunia ini. Memahami istilah-istilah penting dalam digital marketing tidak hanya membantu menjalankan kampanye lebih efisien, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana setiap aspek pemasaran bekerja. Kami akan membahas istilah digital marketing yang wajib Anda ketahui, beserta penjelasan detail untuk membantu Anda mengoptimalkan strategi pemasaran bisnis. Berikut adalah istilah penting dalam dunia digital marketing yang harus diketahui
Search Engine Marketing (SEM)
SEM adalah strategi pemasaran yang mencakup iklan berbayar di mesin pencari seperti Google. SEM memungkinkan bisnis untuk menargetkan audiens tertentu melalui iklan yang muncul di hasil pencarian.
Cara Belajar Digital Marketing
Di era teknologi modern, digitalisasi merupakan salah satu transformasi yang banyak digunakan, hampir di semua lini industri. Oleh karena itu, perubahan-perubahan mulai dilakukan oleh perusahaan agar tidak tertinggal zaman, salah satunya dengan mulai merekrut ahli digital marketing untuk membantu proses pemasaran dengan media digital. Saat ini profesi digital marketing sedang menjadi sorotan, bahkan termasuk karir yang diprediksi akan bersinar dalam beberapa tahun mendatang. Tak heran jika banyak orang mulai belajar digital marketing sebagai bekal menghadapi era digitalisasi. Mau belajar digital marketing? Yuk bergabung dengan DQLab! Disini kamu tidak hanya belajar teori, tetapi juga tools yang banyak digunakan di dunia digital marketing. Penasaran? Klik button di bawah ini untuk bergabung dan nikmati belajar menyenangkan anti ribet bersama DQLab. Selamat mencoba!
Penulis: Galuh Nurvinda K
Editor: Annissa Widya Davita
Kata-kata sifat dalam bahasa Jepang yang dikenal sebagai i-adjective adalah jenis kata sifat yang berakhiran dengan huruf "i." Kata-kata ini memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari jenis kata sifat lainnya dalam bahasa Jepang, yaitu na-adjective.
I-adjective tidak memerlukan partikel tambahan untuk berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, menjadikannya lebih langsung dan mudah digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, "atsui" (panas) dan "samui" (dingin) bisa langsung digunakan sebagai predikat atau untuk mendeskripsikan suatu objek atau kondisi tanpa membutuhkan kata tambahan.
Salah satu fitur penting dari i-adjective adalah kemampuannya untuk mengalami perubahan bentuk. Dalam bahasa Jepang, i-adjective dapat diubah menjadi bentuk negatif atau bentuk lampau dengan mengubah akhiran "i" menjadi "-kunai" untuk bentuk negatif dan "-katta" untuk bentuk lampau.
Contohnya, jika "atsui" (panas) diubah menjadi bentuk negatif, akan menjadi "atsukunai" (tidak panas), dan jika diubah menjadi bentuk lampau, menjadi "atsukatta" (sudah panas). Fleksibilitas ini memungkinkan i-adjective digunakan dalam berbagai konteks, baik dalam bentuk positif, negatif, lampau, maupun negatif lampau.
Kata-kata sifat ini dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi cuaca, suasana hati, atau penampilan seseorang. Selain itu, dalam percakapan sehari-hari, i-adjective sering digunakan untuk mendeskripsikan objek, seperti makanan atau tempat.
Misalnya, "oishii" (enak) sering digunakan untuk makanan, dan "takai" (tinggi atau mahal) dapat digunakan untuk mendeskripsikan harga barang atau ketinggian bangunan. Pemahaman tentang i-adjective adalah langkah penting dalam mempelajari bahasa Jepang karena sering muncul dalam berbagai konteks, sehingga sangat membantu dalam memperkaya kemampuan berbahasa Jepang.
28. "Don't overthink it." (Jangan terlalu memikirkanya)
29. "Enjoy every moment." (Nikmati setiap momen)
30. "Be constantly curious." (Selalu penasaran)
31. "Have meaningful goals." (Miliki tujuan yang berarti)
32. "Always be yourself." (Jadilah dirimu sendiri)
33. "Decide. Commit. Succeed." (Putuskan. Berkomitmen. Sukses)
34. "Knowledge is power." (Pengetahuan adalah kekuatan)
35. "Love your job." (Cintai pekerjaanmu)
36. "Try new things." (Cobalah hal-hal baru)
Sumber: Therandomvibez
Dapatkan artikel bahasa Inggris dari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.
Damn. I opened it. I didn’t intend to spend that much today. I don’t really need it. But, the offer ends tomorrow, then it will be too late.. Does this sound familiar or at all relatable? If not, then well done, you are a wise consumer, not affected by one of the oldest marketing and promotional tactics in the book (Kotler & Kneller, 2013). This exactly the mentality businesses want you to have, especially when it comes to email marketing and promotional offers. With help from a few sources, I attempted to analyse an email newsletter I received from a company I occasionally purchase items from. Everyday, the vast majority of people are bombarded with email marketing promotions. But what is it that makes us open some and ignore others?
Figure 1. Email from MyProtein, online sort nutrition and supplement company.
The old cliche of “the right place, the right time” is extremely relatable in this instance, more so than users think. Although the exact time this email was sent isn’t shown, I found that it was around 12am at night surprisingly. Why this time I initially thought? Who checks emails at that time of night? I am more than likely in bed if it is a normal night or have to be up early the next day. However it then dawned on me, Every morning, without fail, I always check my emails first thing, and I am sure the people at MyProtein are well aware of that. Although Chaffey et al. (2012) study stated there was “no optimum time to send an email, I believe personalization is key, much with many aspects of business today. If MP were to send an email in the middle of the day, more than likely I would be too busy to open it, and even if I was able to open and view it, the likelihood is I would not fully engage with it. Of course that is jus one instance, but i am sure others have a similar position, and the analystical options readily available to businesses such as MP I’m sure helps them find the optimum times to send email.
Additionally, although the screen above is shown on a PC, I usually check on my phone. The article from Chaffey et al. (2012) really opened my eyes. Everything is planned, nothing is planned or by chance. As shown above with the option to open the email in a web browser, should the advert not load for some reason. I believe although supported on the PC when viewing it, on the phone the advert sat in the parameters of the screen better, meaning again it links to my need as a consumer to see it on a phone screen. An artist named Eric Pickersgill (2015) created a series of images, named REMOVED, which depicts the 21st century in all its glory, showing an alternate universe, in which mobile phones did not exist. The photos are extremely strange, as the photgrapher aims to share his view that people have become reliant on the devices in modern society.
READ THIS NOW! TOO GOOD TO MISS! Yes, I will honestly admit, despite being a business student and having worked in the marketing function of a global business, I should have known better.. But having read the subject line, it instantly attracted interest. I know of course this was a generic email, sent to every other customer or inidvidual that has been connected to the business, but It did exactly what Chaffey’s (2012) case study set out to do in identifying the optimin way to reach consumers with direct marketing. This email fell into the second largest group of messages sent to consumers, which featured a sealson promotion in the subject line. The email itself wasn’t explicitly clever, but rather more pushy, stating exactly what could be achieved should I spend my time opening and reading it. Generally, I honestly would not pen a genreic email, similar to this. However due to the massive saving and added bonus of free postage (as the company usally charge a high price for ‘premium shipping’) I was caught. And yes instntly sold. As Kotler (2013) stated the consumer “wants as much value as possible for the lowest cost” and the thought of saving 50% on a transaction was too enticing to resist.
Size does matter! Who would have thought it, another cliche proven, (althoug maybe not in the sense intended initially). At just under 50 words (excluding the logo) of body text in the email, rather than bore the audience, it simply states what it can offer, nothing more, nothing less. As a sales promotion for a limted time, it gets straight to the point, giving the feel or urgency with a minimalists tough. Extremely effective and again support in the Chaffeys (2012) case study.
Ring any bells? According to Kapferer (2004), from the customer’s point of view, a brand can be defined and identified as the total accumulation of all his/her experiences, and is built at all points of contact . A successful brand is an identifiable product, service, person or place, augmented in such a way that the customer or consumer perceives relevant, unique added values, which match their needs most closely (Chernatony and McDonald, 1998). The logo in this example is highlighted in blue, as are the two interactive buttons that take the consumer to the shop. The whole MyProtein brand is built upon this warm blue colour as Ghodeswar (2008) warned, it is important to keep consistency, and now as a consumer ad past customer, whenever I see that blue, I subconciously link it to thier products.
A picture says 1000 words Like most marketing content, this image conforms to the norms of ‘best case scenario’ espeically in the fitness industry. Allow me to elaborate. As there are so many genreic products and brands competing in an already heavy saturated market, supplement companies’ usch as MP must build a brand, both relatable and differentiated at the same time. For example, the model featured in the image. Through this authors personal experince, in order to achieve that physique, it would take many years of training hard, watching what he eats etc. In reality, he may not even use MyProtein products (in his personal life) But MP want athletes and individuals such as him to inspire those looking at him to achieve similar results. Morover, as an ambassador, he is subconciously claiming, using these products offered will result in you looking like this. Wishful thinking right! however this is what I meant by best case scenario. In reality, those who aren’t hardcore bodybuilders won’t want to look like this. Which is why MP is extremly clever when using brand ambassadors, initially just bodybuilders, they now have female athletes, and other types of sports people. This of course so that other consumer groups can relate to them.
The colours are also kept simple, with a nice contrast of the grey rest on what looks like a gym wall background. With both the Grey and Red colours being less agreesive than the Blue ‘Shop N ow’ button. This leads on to the hyperlinks included, which only three feature, these being both of the shop button and the image of the individual linking to the exact sales page, which often is not the case. These simple buttons, fufil a user friendly CTA purpose, which are key to engaging consumers (Hernandez & Resnick, 2012).
Figure 2. Hyperlink from ‘Shop Now’
Overall, this standard newsletter did exaclty what it set out to do. With a clear consistent layout that support the message, I wouldn’t have said it was innovative, unorthodox or even interesting really, but then it didn’t have to be. And finally, yes, I did buy a few products as a result of this email, the title was not lying.
This blog post features a supplement companies products. I am in no way promoting or advocating this brand, simply becuase I have recieved marketing materials from them.
Chaffey, D., Ellis-Chadwick, F., Mayer, R., & Johnston, K. (2012). Internet marketing: strategy, implementation and practice. Prentice Hall.
Eric Pickersgill (2015) Accesed Online: http://ericpickersgill.com/Removed (6/11/2015)
Hernandez, A., & Resnick, M. L. (2013, September). Placement of Call to Action Buttons for Higher Website Conversion and Acquisition An Eye Tracking Study. In Proceedings of the Human Factors and Ergonomics Society Annual Meeting (Vol. 57, No. 1, pp. 1042-1046). SAGE Publications.
Kotler, P. & Keller, K. (2012). Marketing Management (14e Edition) by Kotler Keller Published by Pearson 14e edition (2012) Paperback. 14th Edition. Pearson.
%PDF-1.6 %âãÏÓ 27 0 obj <> endobj xref 27 40 0000000016 00000 n 0000001423 00000 n 0000001558 00000 n 0000001638 00000 n 0000001817 00000 n 0000002025 00000 n 0000002542 00000 n 0000003042 00000 n 0000003468 00000 n 0000004052 00000 n 0000004086 00000 n 0000004134 00000 n 0000004181 00000 n 0000004402 00000 n 0000004635 00000 n 0000004709 00000 n 0000004936 00000 n 0000005012 00000 n 0000005623 00000 n 0000005993 00000 n 0000006518 00000 n 0000006986 00000 n 0000007624 00000 n 0000008068 00000 n 0000008697 00000 n 0000009261 00000 n 0000009651 00000 n 0000009889 00000 n 0000010471 00000 n 0000010961 00000 n 0000011516 00000 n 0000014185 00000 n 0000015065 00000 n 0000020347 00000 n 0000021222 00000 n 0000021481 00000 n 0000021782 00000 n 0000021985 00000 n 0000022279 00000 n 0000001096 00000 n trailer <]>> startxref 0 %%EOF 66 0 obj<>stream 7yg¤y°)7BU>²x±=U.ígeÆ:ÑB~Bdyôujqõö¤NT�£- i)`“f“¼Ú¥kÈ-B¨íî\¦¸uË&èR–.tZþ»d…6#P?,æÉûÇÂøTaRöFpò�Œ'Ïhà£ðŽ™P–e‡_;†¼ HC¸¦‘¡£ŠmXr„)ħYÛ'ÐÊ´"KÁØðÍ6‰À¸. áÛ§2áð•Ò_ð€hFDü3’Æ<)m.¿Xô9å]•sæ\¼“´›(éµùÅÙ.š_5Ã7AíÆë>Œÿ„‘=÷ø… endstream endobj 28 0 obj<
Content Marketing
Content marketing adalah strategi yang berfokus pada pembuatan dan distribusi konten untuk menarik audiens maupun mempertahankan audiens yang sudah ada. Bentuk konten ini bisa berupa artikel, video, infografis, dan lain-lain.
Engagement rate adalah metrik yang mengukur seberapa aktif pengguna berinteraksi dengan konten Anda, seperti melalui likes, komentar, dan share. Semakin tinggi engagement rate, semakin baik keterlibatan pengguna dengan brand Anda.
Lead adalah calon pelanggan yang menunjukkan minat pada produk atau layanan Anda, biasanya dengan memberikan informasi kontak seperti email atau nomor telepon.
Lead nurturing adalah proses membangun hubungan dengan calon pelanggan melalui konten yang relevan dan interaksi berkelanjutan, dengan tujuan mengubah mereka menjadi pelanggan.